INILAHCOM, Batam - Kegemaran masyarakat di Batam terutama di Kecamatan Belakang Padang, Pulau Penawar Rindu mengkonsumsi gonggong seafood. Meski sangat lezat, namun dapat meningkatkan kolesterol.
Salah satu tim dari Nusantara Sehat (NS) besutan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI yang menjadi ahli gizi, Jemris Mikael Atadena (26), menjelaskan kebiasaan masyarakat Belakang Padang konsumsi seafood dapat meningkatkan masalah kesehatan. Salah satunya adalah menyebabkan lahirnya penyakit tidak menular seperti koleksterol dan tekanan darah tinggi. Hal ini sangat berbahaya jika dibiarkan akan menyebabkan stroke dan akhirnya bisa mengalami kematian.
"Karena di sini sangat dekat dengan laut, masyarakatnya gemar konsumsi seafood. Terutama gonggong seafood. Ini dapat menyebabkan kolesterol tinggi," kata Jemris saat ditemui di Puskesmas Belakang Padang, Batam, Jumat (22/04/2016).
Gonggong adalah makanan laut sejenis siput yang memiliki rasa unik dengan tekstur kenyal seperti cumi. Untuk menikmatinya, tidak sembarangan. Ada cara yang unik agar daging gonggong dapat keluar dari cangkangnya dengan sempurna.
Anda hanya perlu menggunakan tusuk gigi untuk mengeluarkan buntut gonggong yang terlihat sedikit keluar dari cangkangnya. Dengan sedikit ditarik keluar secara perlahan, daging gonggong dapat Anda nikmati.
Masyarakat di sekitar Kota Batam memiliki cara beragam untuk mengolah gonggong seafood. Mulai dari gongong rebus, gonggong goreng, hingga gonggong yang dimasak menggunakan sambal balado dan santan. Ternyata, cara mengolah gonggong juga menjadi penyebab terjadinya tingkat kolesterol meningkat pada masyarakat khususnya bagi para lanjut usia (lansia).
"Memang gonggong memiliki kandungan protein yang tinggi ada omega 3. Tetapi dengan cara pengolahan yang salah, ini dapat menyumbangkan kolesterol. Misalnya, menggoreng gonggong dengan minyak untuk makan pagi. Kemudian siang dihangatkan. Jika tidak habis lalu dimasukkan ke kulkas. Ini yang bahaya," tambahnya.
Karena itu, sudah menjadi tugas Jemris sebagai ahli gizi dari tim NS yang turun langsung ke Kecamatan Belakang Padang, Batam selama dua tahun untuk menghimbau masyarakat agar menjalankan gaya hidup sehat. Salah satunya, untuk mengurangi konsumsi makanan laut terutama gonggong.
"Kalau hanya direbus boleh. Namun tidak harus setiap hari. Bisa selingan, misalnya hari ini makan gonggong, tiga hari kemudian baru makan lagi," ujarnya.
Kemudian, masih menurut Jemris, mengubah pola makan setiap orang itu memang tidak mudah. Karena, gonggong adalah kudapan yang mudah dicari di sekitar laut yang dekat dengan pemukiman. Menurutnya, masyarakat tidak perlu membeli karena kebanyakan bisa mencari gonggong sendiri.
"Kalau beli harganya satu kantung Rp. 5 ribu. Mereka bisa cari sendiri jadinya tidak mengeluarkan uang," ungkapnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, Jemris tidak bosan memberikan himbauan kepada masyarakat agar menjalankan gaya hidup sehat yaitu dengan rajin melakukan olahraga. Setidaknya sehari melakukan aktivitas fisik selama 30 menit. Kemudian, konsumsi air mineral 2 liter setiap hari.
"Harus konsumsi sayur dan buah setiap hari. Bisa dibuat berupa jus untuk detoks tubuh," paparnya.
Tim NS memang dibentuk untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Menurut Dyah Satyani Saminarsih, M.Sc Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kemitraan dan SDGs menjelaskan, tim NS diajarkan untuk memberikan solusi kesehatan dengan cara yang kreatif.
Karena itu, melalui seleksi yang terstruktur, Kementerian Kesehatan memilih para anak bangsa yang berusia muda untuk terjun langsung ke lapangan selama dua tahun mengatasi masalah kesehatan di wilayah terpencil di pelosok Indonesia.
"Selama enam minggu mereka dilatih bela negara. Misalnya, mereka dilatih untuk menyelesaikan masalah dengan kreatif. Mereka tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan orangtua, anak - anak, hingga remaja. Jadi cara penyampaian untuk memecahkan masalah kesehatan pun mudah dipahami," ungkap Dyah Satyani Saminarsih ditemui di tempat yang sama.
Read more...
0 Response to "Masyarakat Diimbau Batasi Konsumsi Gonggong"
Posting Komentar