BRONKITIS ( bronchitis ) merupakan peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronchus atau saluran pernafasan dari trachea hingga saluran napas di dalam paru-paru. Peradangan ini mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan relatif menyempit.
Bronkitis terbagi atas 2 jenis, yakni: bronkitis akutdanbronkitis kronis. Di Indonesia insiden bronkitis akut mencapai sekitar 4,5% populasi. Frekuensi bronkitis akut meningkat pada keadaan seperti status ekonomi rendah, kawasan industri, laki-laki lebih banyak dari perempuan, anak-anak biasa di bawah 5 tahun dan orang dewasa di atas 60 tahun.
Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.
Penyebab tersering Bronkitis akut adalah virus, yakni virus influenza, Rhinovirus, Adenivirus, dan lain-lain. Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri (kuman), terutama Mycoplasma pnemoniae, Clamydia pnemoniae, dan jamur.
Keluhan atau gejala klinis yang biasa dialami penderita bronkitis akut, meliputi batuk (berdahak ataupun tidak berdahak), demam subfebris (biasanya ringan), rasa berat dan tidak nyaman di dada, sesak napas, rasa berat bernapas, dan kadang batuk darah.
Pemeriksaan fisik pada pemeriksaan menggunakan stetoskop (auskultasi), terdengar ronki basah kasar, dan wheezing. Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan dahak maupun rontgen dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosa dan untuk menyingkirkan diagnosa penyakit lain.
Pemeriksaan lab yang dilakukan seperti seperti laboratorium rutin darah dan pemeriksaan sputum. Sedangkan pemeriksaan foto toraks umumnya tidak ada infiltrat dan ada peningkatan bronchovascular pattern.
Sebagian besar pengobatan bronkitis akut bersifat simptomatis (meredakan keluhan). Obat-obat yang lazim digunakan, yakni:
1. Ekspektorant: adalah obat batuk pengencer dahak agar dahak mudah dikeluarkan sehingga napas menjadi lega. Ekspektorant yang lazim digunakan diantaranya: GG (glyceryl guaiacolate), bromhexine, ambroxol, dan lain-lain.
2. Antipiretik (pereda panas): parasetamol (asetaminofen), dan sejenisnya., digunakan jika penderita demam.
3. Bronkodilator (melongarkan napas), diantaranya: salbutamol, terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dan lain-lain. Obat-obat ini digunakan pada penderita yang disertai sesak napas atau rasa berat bernapas. Penderita hendaknya memahami bahwa bronkodilator tidak hanya untuk obat asma, tapi dapat juga digunakan untuk melonggarkan napas pada bronkitis. Selain itu, penderita hendaknya mengetahui efek samping obat bronkodilator yang mungkin dialami oleh penderita, yakni: berdebar, lemas, gemetar dan keringat dingin. Andaikata mengalami efek samping tersebut, maka dosis obat diturunkan menjadi setengahnya. Jika masih berdebar, hendaknya memberitahu dokter agar diberikan obat bronkodilator jenis lain.
4. Antibiotika. Hanya digunakan jika dijumpai tanda-tanda infeksi oleh kuman berdasarkan pemeriksaan dokter.
Bronkitis kronis berlangsung lebih dari enam minggu. Secara umum keluhan pada Bronkitis kronis dan Bronkitis akut hampir sama. Hanya saja keluhan pada Bronkitis kronis cenderung lebih berat dan lebih lama. Hal ini dikarenakan pada Bronkitis kronis terjadi penebalan (hipertrofi) otot-otot polos dan kelenjar serta berbagai perubahan pada saluran pernapasan. Secara klinis, Bronkitis kronis merupakan penyakit saluran pernapasan yang ditandai dengan batuk berdahak sedikitnya 3 bulan dalam setahun selama 2 tahun berturut-turut.
Di Indonesia, belum ada angka kesakitan Bronkitis kronis, kecuali di rumah sakit sentra-sentra pendidikan. Sebagai perbandingan, di AS (National Center for Health Statistics) diperkirakan sekitar 4% dari populasi didiagnosa sebagai Bronkitis kronis.
Angka inipun diduga masih di bawah angka kesakitan yang sebenarnya (underestimate) dikarenakan tidak terdiagnosanya Bronkitis kronis. Di sisi lain dapat terjadi pula overdiagnosis Bronkitis kronis pada pasien-pasien dengan batuk non spesifik yang self-limited (sembuh sendiri).
Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa ada perbedaan. Frekuensi angka kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi pada pria dibanding wanita. Hanya saja hingga kini belum ada angka perbandingan yang pasti. Usia penderita Bronkitis kronis lebih sering dijumpai di atas 50 tahun.
Faktor-fakor penyebab tersering pada Bronkitis kronis adalah asap rokok (tembakau), debu dan asap industri, serta polusi udara. Disebutkan pula bahwa Bronkitis kronis dapat dipicu oleh paparan berbagai macam polusi industri dan tambang, di antaranya: batubara, fiber, gas, asap las, semen, dan lain-lain.
Keluhan dan gejala-gejala klinis Bronkitis kronis di antaranya, batuk dengan dahak atau batuk produktif dalam jumlah yang banyak. Dahak makin banyak dan berwarna kekuningan (purulen) pada serangan akut (eksaserbasi). Kadang dapat dijumpai batuk darah.
Keluhan lainnya yakni sesak napas progresif (makin berat) saat beraktifitas, adakalanya terdengar suara mengi (ngik-ngik) dan pemeriksaan dengan stetoskop (auskultasi) terdengar suara krok-krok terutama saat inspirasi (menarik napas) yang menggambarkan adanya dahak di saluran napas.
Secara klinis, Bronkitis kronis terbagi menjadi tiga jenis, yakni:
- Bronkitis kronis ringan (simple chronic bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan.
- Bronkitis kronis mukopurulen (chronic mucupurulent bronchitis), ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
- Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas (chronic bronchitis with obstruction), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan sesak napas berat dan suara mengi.
Untuk membedakan ketiganya didasarkan pada riwayat penyakit dan pemeriksaan klinis disertai pemeriksaan penunjang,yakni radiologi (rontgen), faal paru, EKG, analisa gas darah.
Penatalaksanaan Bronkitis kronis dilakukan secara berkesinambungan untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis kronis. Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus serta rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan mencegah kekambuhan, di antaranya dengan olah raga seuai usia dan kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
Tindakan lainnya adalah Oksigenasi atau terapi oksigen, obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan. Juga antibiotic yang digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami eksaserbasi oleh infeksi kuman (H influenzae, S pneumoniae, M catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
* Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti (di bawah bimbingan dr. Reza Aditya Digambiro, M.Kes, M.Ked (PA), Sp.PA).
Read more...
0 Response to "Kenali Bronkitis dan Pencegahannya"
Posting Komentar