INILAHCOM, Jakarta - Para remaja sangat penting bisa mengakses beragam informasi tentang kehidupan berkeluarga. Hal ini agar para remaja tidak salah jalan dan juga mengetahui lebih dalam tentang kesehatan reproduksi.
Keberhasilan tingkatkan kualitas remaja dengan akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga melalui Program Ketahanan Remaja salah satunya diukur dengan Indeks pegetahuan Remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
"Indeks Pengetahuan KRR mengukur pengetahuan tentang: (1) masa subur, (2) umur sebaiknya menikah dan melahirkan, (3) penyakit anemia dan HIV/AIDS, dan (4) narkoba. Harapannya, setelah mengetahui keempat aspek tersebut, remaja tidak melakukan aktivitas seksual sebelum menikah yang menjadi penyebab kehamilan yang tidak diinginkan dan pernikahan di usia yang belum ideal yang akan menambah daftar panjang jumlah kelahiran di kelompok usia remaja," jelas Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty seperti yang dikutip dari siaran pers, Jakarta, Senin (30/10/2017).
Oleh karena itu, keberhasilan program ini juga ditentukan oleh ranah perilaku remaja melalui: (1) usia kawin pertama (UKP) dan (2) kelahiran pada perempuan kelompok usia 15 – 19 tahun.
Sejak tahun 2012, pencapaian Indeks Pengetahuan KRR mengalami tren kenaikan: 50,5 (2012), 46,9 (2013), 48,4 (2014), 49,0 (2015), 51,1 (2016), dan 52,4 (2017). Rata-rata pencapaiannya selalu melebihi 1,5 point dari target yang telah ditetapkan pada Rencana Strategis. Namun di antara keempat pengetahuan tersebut, dua pengetahuan yang menjadi core business BKKBN, yaitu (1) masa subur dan (2) umur sebaiknya menikah dan melahirkan, justru selalu jauh lebih rendah dibanding dua pengetahuan lainnya (anemia dan HIV/AIDS serta narkoba).
Tidak heran jika banyak perilaku berisiko seperti aktivitas pacaran berujung pada hubungan seksual yang mengakibatkan terjadinya kehamilan. Pada survei RPJMN 2017 ini, baik remaja laki-laki maupun perempuan mengaku pertama kali punya pacar di usia 16 tahun. Mereka yang punya pacar kebanyakan mengaku pernah melakukan hubungan seksual dibanding remaja pada umumnya.
Meskipun kelahiran pada perempuan kelompok usia 15 – 19 tahun di dua periode survei berhasil diturunkan melebihi target (33 dari 42 yang ditargetkan pada 2016 dan 38 dari 44 yang ditargetkan pada 2015), namun umur kawin pertama stagnan pada angka 20 tahun pada survei RPJMN dua tahun terakhir.
"BKKBN melalui Pusat Informasi dan Konseling (PIK) Remaja sebagai salah satu sumber informasi bagi remaja tentang pengetahuan KRR harus terus dikembangkan," ujar Surya.
PIK Remaja tidak hanya dibentuk, namun harus dikelola sehingga fungsi utamanya berjalan dengan baik, yaitu sebagai wadah untuk: (1) berbagi informasi, (2) melakukan aktivitas yang inovatif, (3) melakukan konseling, dan (4) rujukan bagi remaja-remaja yang memerlukan.
Program Ketahanan Remaja menempatkan remaja (usia 10 – 24 tahun dan belum menikah) sebagai sasaran utama, tanpa kecuali. Namun hingga saat ini belum secara khusus menempatkan remaja penyandang disabilitas dalam program dan kegiatan. Padahal perundang-undangan menjamin bahwa penyandang disabilitas memiliki hak memperoleh pendidikan, ketenagakerjaan, kesetaraan dalam pembangunan dan dalam menikmati hasil pembangunan, aksesibilitas, rehabilitasi dan kesejahteraan sosial, serta pengembangan bakat dan kehidupan sosial secara setara, akses informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan tentang kehidupan berkeluarga.
Pada kenyataannya pun semua remaja, tanpa kecuali, sama-sama memiliki risiko dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksinya seperti melakukan dan atau dipaksa melakukan pernikahan dini, seks pra nikah, dan penyalahgunaan napza. Dalam praktik di lapangan, remaja GenRe yang tergabung dalam PIK Remaja sudah melakukan fungsi-fungsinya dengan menyasar remaja penyandang disabilitas.
Pada momentum Peringatan Hari Sumpah Pemuda Ke-89 Tahun 2017 ini, sesuai dengan hashtag-nya, yaitu #BeraniBersatu, sudah saatnya remaja-remaja GenRe menggandeng remaja-remaja penyandang disabilitas untuk bersama-sama memperjuangkan hak-haknya, terutama akses terhadap informasi dan layanan kesehatan reproduksi sebagaimana yang di atur dalam undang-undang.
"Pada akhirnya menjadi momentum juga bagi BKKBN untuk memperluas jangkauan sasaran Program Ketahanan Remaja kepada remaja-remaja penyandang disabilitas. Ke depan, semua sumber informasi terkait kesehatan reproduksi remaja, baik wadah PIK Remajanya, materi maupun medianya, dapat diakses dengan baik oleh semua remaja, tanpa kecuali, tambah Surya.
Read more...
0 Response to "Kesehatan Reproduksi Penting untuk Wanita"
Posting Komentar