INILAHCOM, Jakarta - Konsumsi rokok yang tinggi sudah tidak bisa diremehkan lagi.
Konsumsi rokok yang sangat tinggi menjadi beban ekonomi, baik secara perseorangan maupun secara kumulatif kerugian ekonomi makro negara.
Kerugian ekonomi secara perorangan pada perokok sendiri biasanya tidak terlalu disadari, padahal biaya untuk beli rokok jika ditotal setiap tahun pada seorang perokok aktif bisa sangat besar, yaitu sekitar Rp6.339.320 per tahun untuk harga rokok rata-rata di Indonesia 17.368 (Centers for Disease Control and Prevention).
Sementara itu, secara total, kerugian makro ekonomi akibat konsumsi rokok di Indonesia pada 2015 mencapai hampir Rp 600 triliun atau empat kali lipat
lebih dari jumlah cukai rokok pada tahun yang sama.
Kerugian ini meningkat 63 persen dibanding kerugian dua tahun sebelumnya.
Dr. Abdillah Ahsan, SE, M.Si, Wakil Kepala Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah Universitas Indonesia, menjelaskan, Kementerian Keuangan menunjukkan harga rokok per bungkus Rp15.000 per bungkus untuk kretek mesin, masih terjangkau dengan uang saku anak-anak karena rokok di Indonesia lumrah dibeli per batang.
Seperti yang dikutip dari siaran pers, Jakarta, Rabu, (30/05/2018), menurutnya, saat puasa adalah waktu yang tepat berhenti merokok dan uangnya ditabung untuk kebutuhan masa depan. Merokok juga tidak Islami karena makruh, mubazir, dan
menyebabkan sakit katastropik.
“Kerugian ekonomi untuk perseorangan akibat konsumsi rokok dapat menghilangkan kesempatan untuk konsumsi yang sifatnya lebih produktif misalnya konsumsi untuk pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan pokok,” tambah Abdillah.
Data dari BPS (2018) mendukung pernyataan ini dengan ditemukannya rokok sebagai komoditas kedua yang berkontribusi terhadap kemiskinan baik di perkotaan maupun pedesaan.
Dalam diskusi pubik rangkaian kampanye mendorong #RokokHarusMahal di Restoran Tjikini Lima, Jakarta, baru - baru ini, semua pembicara sepakat bahwa harga rokok harus mahal.
Kenaikan cukai rokok dan harga jual eceran (HJE) setinggi-tingginya menjadi hal yang harus dilakukan oleh pemerintah sesegera mungkin sehingga harga rokok semahal mungkin dan tidak terjangkau masyarakat, terutama oleh anak-anak dan keluarga miskin sebagai kelompok rentan dalam masalah tingginya konsumsi rokok di Indonesia.
Dengan demikian, pemerintah juga akan memperoleh manfaat ekonomi dengan mendapat perolehan cukai yang lebih tinggi sebagai “modal” usaha promotif dan preventif masalah epidemi produk tembakau dan terhindar dari kerugian beban ekonomi akibat konsumsinya.(tka)
Read more...
0 Response to "Konsumsi Rokok Tinggi Jadi Beban Ekonomi"
Posting Komentar