INILAHCOM, Jakarta - Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, penyakit yang berhubungan dengan gastrointestinal menduduki 10 besar penyakit terbanyak penderitanya di Indonesia.
Mereka umumnya datang ke dokter dengan keluhan pada saluran pencernaan. Jurnal Digestive Endoscopy pada tahun 2009 menampilkan studi yang dilakukan Prof. Dr. dr. Dadang Makmun, Sp.PD-KGEH. Hasil studinya menunjukkan bahwa diare, gastroenteritis, dispepsia dan GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) menempati penyakit terbanyak yang menyebabkan pasien berobat rawat jalan.
Penyakit tersebut sebenarnya dapat dikendalikan dengan gaya hidup sehat.
Menurut riset yang dilakukan Prof. Dr. dr. Murdani Abdullah, Sp.PD-KGEH, FINASIM, FACG, dkk dan dipublikasikan pada jurnal Asian Journal of Epidemiology pada tahun 2016, sebanyak 9,35 persen dari 278 peserta penelitian mengalami GERD. Selain itu didapatkan pula hubungan yang bermakna antara GERD dengan tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan penundaan pengosongan lambung. GERD sering ditemukan pada tingkat pendidikan dan berpenghasilan rendah.
Penyakit itu tidak hanya terjadi pada pasien, namun juga di kalangan medis. Prevalensi GERD, menurut hasil studi Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, dkk. terhadap dokter-dokter di Indonesia, didapatkan bahwa prevalensi GERD pada dokter-dokter di Indonesia mencapai 27,4 persen. Padahal apabila dibiarkan GERD dapat menyebabkan berbagai komplikasi.
"Bahkan, GERD dapat menyebabkan perubahan struktur dari dinding dalam kerongkongan yang menyebabkan terjadinya penyakit Barrett’s yang merupakan lesi pra kanker. Di luar saluran cerna, asam lambung yang tinggi dapat menyebar ke gigi, tenggorokan, pita suara, saluran pernafasan bawah, bahkan sampai paru-paru. Selain itu, penyakit gastrointestinal juga menempati 10 besar penyebab kematian akibat penyakit terbanyak di Indonesia," kata Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, saat ditemui di acara peluncuran Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI), Jakarta, Jumat, (31/08/2018).
Demikian pula dengan kanker gastrointestinal yang menjadi momok bagi pasien dan dokter karena seringkali pasien datang terlambat untuk berobat. Padahal semakin dini kanker ditemukan, semakin tinggi pula kemungkinan pasien dapat pulih. Namun sayangnya banyak kasus kanker yang kerap ditemukan merupakan stadium lanjut yaitu stadium 3 atau 4.
"Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan pasien datang terlambat untuk berobat yaitu gejala kanker yang seringkali tidak terasa ketika stadium awal dan pelayanan deteksi dini yang belum merata di seluruh daerah Indonesia," tambahnya.
Dari latar belakang tersebut, maka Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI) didirikan. YGI merupakan yayasan nonprofit yang didirikan oleh dokter-dokter spesialis konsultan gastroenterohepatologi (KGEH) yang juga merupakan pengurus besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI). (tka)
Read more...
0 Response to "Penyakit Gastrointestinal 10 Besar di Indonesia"
Posting Komentar