INILAHCOM, Colombo - Salah satu masalah kesehatan yang dibahas pada komite regional WHO kawasan Asia Tenggara di Colombo, Sri Lanka adalah menekan tingkat kematian ibu dan anak.
Hal ini menjadi isu penting yang perlu diatasi di 11 negara. WHO Regional kawasan Asia Tenggara memiliki anggota 11 negara, antara lain Bangladesh, Bhutan, Republik Rakyat Demokratis Korea, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste.
Untuk mendapatkan kualitas dan menyelamatkan jiwa para ibu dan anak yang baru lahir di seluruh kawasan Asia Tenggara perlu dilakukan. Upaya tersebut sudah berjalan signifikan di beberapa negara anggota pada tahun ini.
“Negara-negara anggota WHO di kawasan Asia Tenggara telah mencapai kemajuan besar di bidang kesehatan ibu dan anak dalam beberapa tahun ini. Antara 1990 dan 2015, kematian anak menurun sebanyak 64 persen , sementara kematian ibu ditekan sebanyak 69 persen, jika dibandingkan dengan angka global 52 persen dan 44 persen. Namun, masih banyak yang perlu dilakukan untuk memastikan meratanya akses kesehatan yang baik serta lebih banyak lagi mengurangi kematian yang sebenarnya dapat dicegah,” ujar Dr Poonam Khetrapal Singh, Direktur Regional WHO untuk Asia Tenggara saat ditemui di acara Komite Regional WHO kawasan Asia Tenggara yang dilaksanakan pada 5 - 9 September 2016, Colombo, Sri Lanka, beberapa waktu lalu.
Meski begitu, jumlah pecapaian tersebut tidak menyentuh target yang ditetapkan Tujuan Pembangunan Milenium (SDGs) ke 4 dan 5 sebesar 75 persen untuk kematian ibu dan kematian anak sebesar 67 persen.
Untuk terus berupaya menekan angka kematian ibu dan kelahiran anak, negara dapat mencapai peningkatan dengan cepat melalui perluasan tenaga pelayanan kesehatan dan pelatihan peningkatan keterampilan bagi tenaga kesehatan yang membantu proses kelahiran. Saat ini, kepadatan penyedia layanan kesehatan di kawasan Asia Tenggara adalah 12,5 per 10 ribu penduduk, jauh di bawah angka yang disarankan WHO yaitu 44,5 per 10 ribu penduduk.
“Upaya untuk mencapai cakupan kesehatan menyeluruh (universal health coverage) melalui perluasan akses terhadap pelayanan kesehatan bermutu juga terbukti sangatlah penting untuk mengentaskan kematian ibu, bayi dan anak yang sebenarnya dapat dicegah. Surveilans dan upaya tanggap terhadap kematian ibu serta bayi sebelum dan setelah dilahirkan, akan memperkuat mekanisme penilaian akuntabilitas dan meningkatkan mutu pelayanan,” ujar Dr Khetrapal Singh dalam pertemuan Komite Regional WHO untuk Kawasan Asia Tenggara.
Inisiatif regional untuk mempercepat kemajuan pencapaian pengentasan kematian ibu dan anak yang dapat dicegah muncul bersamaan dengan diluncurkannya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dan adopsi Strategi Global untuk Kesehatan Perempuan, Anak dan Remaja (2016-2030). Tujuan kunci dari strategi global tersebut, “Sintas, Tumbuh dan Bertransformasi” (Survive, Thrive, Transform), menggambarkan aspirasi untuk mengentaskan kematian yang sebenarnya memiliki kesempatan besar untuk dicegah, serta upaya mengendalikan penyakit, mencapai kemaslahatan, serta mewujudkan masa depan yang produktif dan berdaya.
Menyampaikan kesediaan untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan terkait kesehatan ibu dan anak, para menteri kesehatan dari 11 negara anggota WHO sepakat untuk menjamin kesinambungan upaya guna mencapai angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100 ribu kelahiran hidup, angka kematian Balita menjadi 25 per 1000 kelahiran hidup, dan angka kematian neonatal menjadi di bawah 12 per 100 kelahiran hidup di tahun 2030.
Read more...
0 Response to "WHO Terus Tekan Kematian Ibu dan Anak"
Posting Komentar