INILAHCOM, Jakarta - Setiap tahun, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, menerima laporan angka kematian ibu sejak hamil hingga melahirkan.
Menurut dr. Eni Gustina, MPH selaku Direktur kesehatan keluarga, kalau dilihat dari angka, artinya setiap bulan terdapat 400 ibu meninggal. Kemudian, setidaknya, setiap hari terdapat 15 orang ibu meninggal.
"Untuk menurunkan kematian ibu dan anak, adalah bukan sesuatu hal yang mudah. Kami melihat adanya kemajuan di proses. Kalau dari sisi output memang belum terlihat. Namun, akalu dari jari emas itu mulai dari di rujuk ke rumah sakit dan tindakan lainnya ada kemajuan. Kalau dari angka mungkin belum dirasakan," kata dr. Eni Gustina, MPH selaku Direktur kesehatan keluarga saat ditemui di acara pembelajaran dan praktik untuk program emas keselamatan ibu dan bayi baru lahir di Kemenkes, Jakarta, Jumat (10/03/2017).
Perlu diketahui, program Si Jari Emas adalah (Sistem Informasi Maternal Neonatal Survival), sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Masih menurutnya, kematian ibu saat ini mencapai 32 persen karena pendarahan. Kemudian sekitar 26 persen karena kejang dan hipertensi.
"Kalau dari awal calon ibu terkena hipertensi harus dijaga baik - baik dan terpantau terus. Kemudian masalah kardiovaskuler, dan infeksi," tambahnya.
Selain itu, dia menambahkan, faktor lain dari masalah kematian anak adalah karena adanya kelahiran anak dengan berat badan rendah, prematur, dan kehamilan pada remaja. Kemudian juga terjadi karena sesak nafas dan infeksi.
"Kematian ibu ada karena usia muda. Tolong jangan hamil dibawah usia 20 tahun. Selama hamil harus terpantau. Kita masih mengadopsi 4 kali periksa hamil meski WHO menganjurkan 8 kali pemeriksaan," ungkapnya.
Read more...
0 Response to "Ini Faktor Kematian Ibu dan Anak Meningkat"
Posting Komentar