INILAHCOM, Jakarta - Dalam urusan masalah gizi, Indonesia dimasukkan ke dalam salah satu dari 40 negara dengan masalah gizi terbesar.
Ternyata, salah satu masalahnya adalah Indonesia menjadi peringkat kelima untuk masalah stunting, atau yang biasa disebut kurang gizi kronis. Menurut Fasli Jalal, pakar gizi dan Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), waktu melihat soal gizi, ternyata Indonesia berada bersama dengan Kamerun.
"Ternyata kita berada di masalah ini. Terutama dari gagal tumbuh, ini dari kurang gizi kronis," papar Fasli Jalal, pakar gizi dan Dewan Pembina Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) saat ditemui di acara Ngobrol @tempo Mencegah Stunting, Meningkatkan Daya Saing Bangsa, Jakarta, Rabu (24/01/2018).
Masih menurutnya, pada awalnya untuk tumbuh kembang anak hanya terukur dari berat badan dan tinggi badan. Namun, belakangan, hal itu tidak lagi menjadi ukuran. Karena, perkembangan otak sangat berpengaruh untuk anak.
"Sekarang 10 tahun belakangan, ilmu otak berkembang. Sekarang bukan terukur dari berat badan. Ini tentang pertumbuhan sel otak. Sekarang kita lihat pertumbuhan otak dengan MRA. Ini baru 15-20 tahun. Sekarang PBB tidak lagi melihat dari berat badan. Kita lihat dari scaling malnutrition (Sun) fukus pada 1000 hari pertama kehidupan. Perhatikan tumbuh kembang anak dengan cara perhatikan pertemuan sel telur dengan sperma, kehamilan ibu, hingga perkembangan bayi," papar Fasli Jalal.
Ini baru gerakan 7 tahun. Indonesia melihat ini dengan mengeluarkan Perpres percepatan perbaikan gizi. Ketika anak mengalami stunting, maka ada beberapa aspek yang tidak berkembang di dalam tubuhnya. Ini akan berakibat panjang dalam kehidupan seorang anak.
"Otak tidak berkembang, potensi produksi terganggu, berisiko terjangkit penyakit degenaratif seperti penyakit diabetes, jantung, stroke,dan lainnya. Saat masih anak - anak, mereka sulit berpikir, telat tanggap, tidak fokus belajar," tambahnya.
Kenapa stunting ini muncul? Dari PBB itu menjelaskan, tidak cukupnya asupan makanan pada anak. Mungkin makanan sudah ada di rumah, namun tidak masuk ke dalam anak.
"Mungkin makanan yang banyak, tetapi orangtuanya yang tidak perhatian. Kemudian, ibu tidak memperhatikan, karena pembantu malas memberikan makanan. ketika anak tidak mau, malah dikasih makanan manis. Jadi, ketahanan pangan tidak sampai di rumah," ujarnya.
Kemudian, paling banyak yang mencuri makanan bayi di dalam usus bayi, adalah cacing, mulai dari cacing tambang hingga cacing gelang.
"Ada lagi penyebab lainnya dengan inveksi. Setiap satu derajat celcius meningkat suhu tubuh anak, harus ada 10 persen penambahan makanan. Namun, anak ternyata makannya tidak mau. Makanya, harus hidup sehat, dengan cegah inveksi dengan vaksin, cuci tangan dengan bersih, dan memberikan parenting yang baik," tegasnya.(tka)
Read more...
0 Response to "Stunting Jadi Masalah Besar Gizi Anak Indonesia"
Posting Komentar